Oleh: Mukhammad Aqil muzakki*
Bukan berarti kurang setuju dengan pemerintahan kampus dewasa ini. Hanya saja perlu dipertegas antara kinerja dengan jabatan. Bukan pula tidak setuju dengan pola hubungan yang ada diwilayah kampus. Alangkah baiknya-bukan harapan atau rekomendasi yang kita tawarkan tetapi wajib pelaksanaan- jika semua berjalan seperti layaknya seorang profesional. Lalu pertanyaannya adalah ada berapa jumlah tenaga profesional sekarang?
Bukan pula berarti seorang yang profesional itu bener-bener saklek dengan apa yang dibidanginya tanpa rasa solidaritas dan sosial yang tinggi pada lingkungan disekitarnya. Meskipun itu baru bersifat angan-yang orang indonesia hanya bisa menghayal- tanpa tindakan penyesuaian namun sebagai manusia yang bijak, kita dituntut untuk selalu bersikap optimis akan suatu hal. ”yakin usaha sampai” begitu kata orang-orang HMI.
Bukan hanya orang yang punya ”jabatan” saja yang selalu dituntut untuk bersikap profesional. Tapi semua pemimpin, kholifatulloh fil ardh, yakni kita semua. Pemimpin bagi diri sendiri, lingkungan sekitar, dan sesuatu yang lebih besar daripada itu. Oleh karena itu profesionalisme harus benar-benar ditanamkan bukan hanya disampaikan.
Bukankah kita mendambakan seorang yang profesional disekitar kita? Bahkan kita sendiri dituntut untuk menjadi seorang yang profesional? Tapi ternyata sekarang banyak terdapat penyelewengan arti kata profesional itu sendiri. Profesional berasal dari kata profesi, yakni bidang yang digarap. Profesional berarti melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang yang digarapnya (Susilo Riyantono: 2005).
Bukan seperti robot yang hanya menjalankan tugas sesuai perintah. Tanpa pemikiran dan logika, acuh terhadap perasaan yang ditimbulkan pihak lain. Kita manusia sob, mahluk sosial. Artinya semua pekerjaan kita akan berimplikasi dengan lingkungan disekitar kita, orang lain, atau yang lainnya.
Bukanlah orang yang sempurna jika setiap jengkal dari kita tidak ada cacatnya. Karena kesempurnaan selalu melingkupi kelebihan dan kekurangan sesuatu. Maka profesional harus selalu berimbang dengan lingkungan sekitar. Hanya saja, di kampus hijau ini kita masih terjebak dengan romantisme pribadi yang lebih tertuju dengan ”kepentingan”.
Bukan politik jika kita tidak menyebut kepentingan. Intinya bagaimana kita dapat mewujudkan kepentingan itu tanpa menyalahi norma yang berlaku. Kepentingan bagi seorang pemimpin adalah bagaimana memenej organisais/ lembaga yang dipimpinnya agar selalu mendapat respon baik bagi lingkungan sekitarnya. Menampilkan optimisme pada bawahannya, menjadi pedoman bukan tenaga pengajar.
Bukan malah turun langsung menjadi pelaksana yang seharusnya dilakukan oleh stafnya, tapi seorang pemimpin hanya menciptakan stimulus agar semua pekerjaan terlaksana sebagaimana mestinya.
Bukan pula sikap diktator yang dimunculkan untuk seorang pemimpin, meskipun hak priogritas itu ada dan wjaib dilakukan jika memang keadaan memaksa untuk dilaksanakan. Hal itu demi pencitraan sebuah kepemimpinan dan organisasi/ lembaga yang diperintahnya.
Bukan mutlak kesalahan pemimpin jika tiap individu yang ia pimpin masih bertahan pada ego yang menjadi anutan baginya. Hanya diperlukan sikap penegasan untuk menangani hal itu. Jika perlu memang harus ada tindakan yang lebih serius.
Bukan hanya Ketua yang memiliki STAIN, tapi kita semua. Civitas akademika kampus, dan masyarakat disekitarnya. Marilah kita rubah cara pandang kita dalam menyikapi segala hal, mencoba untuk empati tidak hanya simpati. Menjadi bagian yang utuh dalam organisasi/ lembaga apapun sesuai porsinya. Melakukan perbaikan setiap kali ada kekurangan yang kita jumpai, bukan hanya pengkritisan tapi tindakan yang ril. Apalagi setelah anda membaca tulisan ini. ”fastabikul khoerot” demi perubahan yang berkepanjangan. Tetap bergerak penuh semangat, tangan terkepal dan maju ke muka...
-to be continued-
* penulis adalah Ketua PMII Walisongo Purwokerto 2009
Description: Dicari; Bukan Hanya untuk Dinikmati
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: Dicari; Bukan Hanya untuk Dinikmati
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: Dicari; Bukan Hanya untuk Dinikmati
Tidak ada komentar: