TEKNIK LOBBY DAN
NEGOSIASI
Oleh: Mukhammad Aqil Muzakki*
Teknik Negosiasi
Untuk Sukses
Seringkali
orang awam akan menangkap kesan bahwa negosiasi merupakan istilah lain untuk
mengatakan “keterlibatan dalam konflik”. Namun menurut Oxford Dictionary
negosiasi didefinisikan sebagai: “pembicaran dengan orang lain dengan maksud
untuk mencapai kompromi atau kesepakatan, untuk mengatur atau mengemukakan.”
Istilah-istilah lain kerap digunakan pada proses ini seperti: pertawaran,
tawar-menawar, perundingan, perantaraan atau barter.
Dengan kata lain negosiasi adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu keadaan yang dapat diterima kedua
belah pihak. Negosiasi diperlukan ketika kepentingan seseorang atau suatu
kelompok tergantung pada perbuatan orang atau kelompok lain yang juga memiliki
kepentingan-kepentingan tersebut harus dicapai dengan jalan mengadakan
kerjasama. Negosiasi adalah pertemuan antara du pihak dengan tujuan mencapai
kesepakatan atas pokok-pokok masalah yang :
- Penting
dalam pandangan kedua belah pihak
- Dapat menimbulkan konflik di antara kedua belah
pihak
- Membutuhkan kerjasama kedua belah pihak untuk
mencapainya.
Dalam konteks bisnis/ kerja,
negosiasi terjadi secara ajeg antara:
- Majikan dan karyawan [upah, fasilitas]
- Duta penjualan dengan pembeli di seputar harga dan
kontrak
- Departemen sehubungan dengan alokasi sumber daya
Negosiasi
tidaklah untuk mencari pemenang dan pecundang; dalam setiap negosiasi terdapat
kesempatan untuk menggunakan kemampuan sosial dan komunikasi efektif dan
kreatif untuk membawa kedua belah pihak ke arah hasil yang positif bagi
kepentingan bersama. Berdasarkan uraian singkat di atas, bisa dikatakan bahwa
negosiasi memiliki sejumlah karakteristik
utama,
yaitu:
- Senantiasa
melibatkan orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
- Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –baik
berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter);
- Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan
atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi;
- Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang
diambil oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua
belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
- Hampir selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan
bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah;
- Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya
mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan
dalam akhir negosiasi;
Teknik loby |
- Kuadran Kalah-kalah (Menghindari konflik). Kuadran
keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik
dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah
pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan
untuk mengatasi konflik tersebut. Kita tidak memaksakan keinginan kita dan
sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai
pihak lain. Cara ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi
konflik yang ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi
beban dalam pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya memang setiap potensi
konflik harus dapat segera diselesaikan
- Kuadran Menang-kalah (Persaingan). Kuadran kedua ini
memastikan bahwa kita memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya
kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam
konflik tersebut kita yang keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang
kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga
terjadilah suatu suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak.
Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak
yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya
hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang
cepat dan tegas.
- Kuadran Kalah-menang (Mengakomodasi). Agak berbeda
dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita kalah – mereka menang ini
berarti kita berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan
pihak lain. Gaya ini kita gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah
yang lebih besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat
ketegangan akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang
kita inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi
kita menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian yang paripurna
terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak. Mengalah memiliki esensi
kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk juga mau
mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama bisa
menuju ke kuadran pertama.
- Menang-menang (Kolaborasi). Kuadran pertama ini
disebut dengan gaya manajemen kolaborasi atau bekerja sama. Tujuan kita
adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus
atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses
ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat
mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung
ekstrim satu sama lainnya. Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari
kedua pihak untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka
panjang yang kokoh. Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa
masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan
pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu
kedua kepentingan tersebut.
Pentingnya Sikap
Terhadap Perselisihan Dan Konflik
Negosiator
yang berhasil memiliki sikap yang positif. Mereka dapat memandang konflik
sebagai sesuatu yang normal dan konstruktif. Ketrampilan yang mereka gunakan
untuk memecahkan konflik bukanlah “sulap”. Ketrampilan tsb dapat dipelajari.
Sikap kita selalu penting, dan ini terutama berlaku dalam bernegosiasi. SIKAP
mempengaruhi sasaran kita, dan sasaran mengendalikan cara orang bernegosiasi.
Cara kita bernegosiasi menentukan hasilnya.
Mengembangkan Filosofi Sama-Sama Menang Dalam Negosiasi
Masing-masing
pihak di dalam suatu negosiasi tentu ingin menang. Negosiasi yang berhasil
berakhir dengan sesuatu yang dibutuhkan oleh kedua pihak. Setiap kali seorang
negosiator mengancangi suatu situasi pertawaran dengan gagasan, “ Saya harus
menang, dan benar-benar tidak peduli tentang pihak lawan”, maka bencana pun
sudah diambang pintu. Konsep negosiasi sama-sama menang tidak sekadar
didasarkan pada pertimbangan etika. Pihak yang mengakhiri suatu negosiasi
dengan perasaan bahwa ia telah tertipu mungkin berusaha membalas dendam
belakangan.
Negosiasi
sama-sama menang secara sederhana adalah “bisnis yang baik”. Ketika pihak-pihak
yang berkepentingan di dalam suatu perjanjian merasa puas dengan hasilnya,
mereka akan berusaha membuat perjanjian itu berhasil, tidak sebaliknya. Mereka
pun akan bersedia untuk bekerja sama satu sama lain pada masa datang.
Barangkali anda bertanya, “Bagaimana saya bisa menang di dalam suatu negosiasi
bila saya membolehkan pihak lawan juga memenuhi kebutuhan mereka?”. Jawaban
pertanyaan ini terletak pada kenyataan bahwa orang yang berbeda mempunyai
kebutuhan yang berbeda.
Bagi
sebagian orang, kata kompromi mempunyai maknayang negatif. Bagi yang lain, kata
ini menggambarkan prinsip beri/ terima yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
Umumnya tidak mungkin untuk mendapatkan sesuatu secara gratis – tampaknya
selalu ada harga atau konsesi yang harus dibuat untuk menerima apa yang anda
inginkan. Kata kompromi secara sederhana berarti membuat dan/ atau menerima
konsesi [kelonggaran]. Keberhasilan negosiasi pada intinya dapat ditingkatkan
dengan sudut pandang pendekatan yang tepat. Bagian-bagian berikut memberikan
tuntunan yang memadai di bawah sub-sub judul :
a) Pokok masalah
yang dinegosiasikan
Waspadai
adanya beberapa konteks dimana negosiasi tidak tepat untuk diadakan :
- Menegosiasikan syarat-syarat perdagangan yang telah
ditentukan oleh perusahaan dengan aturan yang tegas
- Menegosiasikan pokok-pokok yang mengabaikan
peraturan mengenai diskriminasi ras, jenis kelamin, atau diskriminasi
lainnya.
- Menegosiasikan prosedur dan tata-tertib perusahaan
- Menegosiasikan keputusan perusahaan yang telah
diumumkan.
- Mengadakan negosiasi ketika semua pihak tidak hadir
b) Persiapan
negosiasi
Setelah
memastikan persoalan yang dapat Anda negosiasikan, maka selanjutnya adalah
menentukkan apa yang Anda ingin capai, dan dengan siapa, pada setiap tahap
negosiasi. Kenalilah tujuan-tujuan Anda, faktor-faktor yang sangat penting, dan
hal-hal yang dapat Anda relakan dalam kondisi tertentu. Hanya setelah Anda
menentukkan sasaran Anda, maka dapat dimulai mempersiapkan negosiasi. Dengan
waktu yang Anda miliki, usahakanlah untuk mengetahui sebanyak-banyaknya tentang
pihak lain :
- Apakah
dia independen atau bagian dari suatu tim?
- Apakah
dia memiliki wewenang untuk membuat keputusan tanpa harus mengadakan
rujukan balik?
- Jenis
orang seperti apakah dia?
- Bagaimana tingkat pengalamannya sebagai seorang
negosiator?
- Jenis pendekatan apa yang mungkin digunakan untuk
mencapai hasil terbaik?
- Apakah kepentingan-kepentingannya, dan dengan urutan
prioritas yang bagaimana?
- Perilaku seperti apa yang dapat Anda harapkan dari
orang tersebut?
c) Mencapai
suasana yang tepat
Suasana
diciptakan dalam waktu yang sangat singkat : beberapa detik atau menit. Suasana
dipengaruhi oleh hubungan antara pihak-pihak pada waktu lampau, harapan mereka
saat ini, sikap persepsi, dan keahlian yang mereka miliki dalam bernegosiasi.
Suasana dipengaruhi oleh konteksi pertemuan, lokasi, penataan tempat duduk,
tingkat formalitas, penataan ‘domestik’. Pada periode ice-breaking, Anda
hendaknya berupaya untuk menciptakan suasana yang hangat, bersahabat, penuh
kerja sama, dan praktis. Komunikasi verbal maupun non verbal [spt kontak mata]
yang bersahabat dapat membantu menciptakan kondisi yang membuat orang-orang
termotivasi untuk bekerja sama ; demikian pula sebalinya.
d) Taktik-Taktik
Negosiasi
Negosiator
yang berpengalaman akan mencari kerjasama dalam topik-topik yang netral;
negosiator yang mencari kekuasaan, akan berusaha untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan Anda, serta prioritas dan perhatian Anda. Setelah menentukan
tujuan-tujuan Anda, strategi dan kekuatan relatif tawar menawar Anda,
pendekatan apa yang Anda ingin gunakan dalam proses negosiasi? Taktik-taktik apa yang akan Anda
gunakan?
- Apakah Anda membuka dengan mengajukan
permintaan-permintaan Anda terlebih dahulu atau belakangan?
- Bagaimana
Anda mengambil inisiatif?
- dengan bersiteguh atau tidak mau berkompromi?
- Dengan mengajukan argumen yang kuat,
bersungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang adil?
- Rencana cadangan apa yang Anda miliki untuk
menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan? Menghentikan negosiasi? Kembali
pada unsur pokok untuk mendapatkan tuntunan? Menyetujui, tetapi kemudian
tidak menepati kesepakatan tersebut? Apakah konsekuensi dari setiap
tindakan ini dalam jangka pendek/ dalam jangka panjang, dalam kaitan dengan
kredibilitas Anda dan kekuatan tawar menawar pihak lain?
- Apakah yang Anda ketahui mengenai individu-individu
dalam tim lain? Kekuatan dan kelemahan mereka? Kepribadian mereka? Apakah
mereka memilih gaya tertentu yang dapat Anda serang?
- Bagaimana kemahiran mereka dalam menggertak?
Bagaimana dengan kemahiran Anda sendiri? Apakah gertakan merupakan taktik yang bermanfaat
dalam situasi tertentu?
- Apakah Anda yakin dapat membedakan antara fakta,
opini, asumsi, dan rumor? Akankah
pihak lain menerima fakta-fakta yang Anda miliki?
- Bagaimana Anda dapat menjual keuntungan-keuntungan
proposal Anda dengan sebaik-baiknya?
- Bagaimana Anda dapat menjelaskan dengan
sebaik-baiknya konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan apabila
pihak lain menolak usul Anda?
- Bagaimana Anda menangani kelemahan proposal/ argumen
Anda?
- Apakah argumen Anda masuk akal / logis, atau lebih
bersifat emosional? Atau di antara keduanya? Dimana Anda dapat menggunakan
salah satu argumen di atas dengan sebaik-baiknya.
- Kapan saat terbaik untuk mengajukan proposal Anda?
Bagaimana agar Anda dapat menggunakan waktu yang tersedia dengan
sebaik-baiknya?
- Dimana Anda ingin negosiasi tersebut diadakan?
Dikandang sendiri? Di kandang mereka [lawan]? Di tempat netral?
- Siapakah yang Anda inginkan untuk memimpin
pertemuan? Anda atau
mereka?
- Bagaimana seharusnya tingkat realitas permintaan
pertama Anda? Anda ingin mengajukan suatu permintaan pembukaan? atau
menggunakan pendekatan problem solving ?
- Pada tahap apa sebaiknya Anda memberikan informasi?
atau menahannya?
- Apakah Anda memiliki kemampuan teknis/ know how
dalam menegosiasikan pokok-pokok persoalan secara efektif? di mana Anda
dapat memperoleh dukungan dalam bidang tersebut, jika perlu?
- Apakah Anda memiliki kemampuan sosial dalam
mengelola hubungan Anda dengan pihak lain?
Berkali-kali
laporan media massa dipenuhi dengan berita-berita emosional, seperti negosiasi
mengalami ‘jalan buntu’/ deadlock , tuntutan-tuntutan, walk-out, dsb.
Situasi-situasi semacam itu sebagian besar terjadi karena pihak-pihak yang
bernegosiasi bersikeras menyatakan dan mempertahankan posisi mereka, jelas,
dalam situasi demikian negosiasi sama sekali tidak akan mencapai kemajuan.
Pendirian ini lebih sering disertai kepentingan pihak-pihak yang dilalaikan,
dengan hasil kesepakatan akhir yang tidak memuaskan pihak manapun. Oleh karena
itu, golden rule dalam bernegosiasi adalah selalu menegosiasikan kepentingan
bukan pendirian [position]; jangan mengambil suatu pendirian kecuali jika hal
itu bermanfaat bagi kepentingan-kepentingan tsb. Bukan tujuan-tujuan pribadi
anda dalam negosiasi – Anda adalah seorang duta bukan seorang individu.
e) Gaya-gaya
negosiasi
Dalam
gaya negosiasi dapat dijelaskan dalam dua dimensi, yaitu arah dan kekuatan.
1) Arah berbicara tentang cara kita
menangani informasi.
- Mendorong [push] : memberi informasi, mengajukan
usul, melalaikan kontribusi orang lain, mengkritik, bertindak sebagai
pengganggu – semua taktik yang berlaku tergantung sifat dan konteks
negosiasi.
- Menarik [pull] : mengajukan pertanyaan untuk
mendapatkan informasi, meminta saran, memastikan pemahaman, meminta
kejelasan, menyatakan perasaan kita.
2) Kekuatan berbicara tentang
keluwesan kita untuk beranjak dari kedudukan kita yang
semula.
- Bersikap keras : kita ingin menang berapapun
harganya, tidak akan mengalah atau mundur, tidak akan menerima tawaran
apapun. Kita
mengejar sasaran yang tinggi
- Bersikap
lunak : kita mengalah, ragu-ragu, sulit untuk berkata tidak, menyesuaikan
diri –sasaran yang kita kejar rendah. Kita dapat mengambil sikap keras
dalam beberapa persoalan dan bersikap lunak dalam persoalan-persoalan yang
lain : hal ini memberikan petunjuk jelas mengenai hasil yang menjadi
prioritas.
f)
Mencari penyelesaian
Dalam mencari penyelesaian, tujuan
Anda hendaknya agar kedua pihak memperoleh kemenangan, atau seburuk-buruknya
dinyatakan seri. Analogi berikut ini adalah contoh pilihan-pilihannya.
- KALAH/ KALAH Singkirkan kue tsb agar tidak satu
pihakpun mendapatkannya.
- MENANG/ KALAH Berikan kue tsb kepada salah satu
pihak atau iris dengan tidak sama rata.
- SERI
Iris kue tsb tepat di tengah-tengah
- MENANG/
MENANG Buat dua buah kue atau buat kue yang jauh lebih besar.
Temukan dulu kepentingan yang sama,
baru kemudian mencari kepentingan yang saling bersaing dengan metode berikut :
- Ciptakan suasana yang memampukan kedua pihak untuk
sebanyak mungkin mengemukakan buah pikiran yang relevan bagia suatu
pemecahan.
- Hindari penilaian dini sehingga semua buah pikiran
telah dikemukakan.
- Pusatkan perhatian pada masalah, bukan pada pribadi
yang terlibat.
- Ketahui
apa yang hendak Anda capai.
- Jangang
menanggapi pertanyaan-pertanyaan retoris yang dimanfaatkan untuk mendukung
kedudukan, bukan untuk mengemukakan kepentingan.
g)
Situasi fall back
Sering terjadi dalam negosiasi
pihak-pihak yang terlibat tidak mencapai kemajuan dalam negosiasi, betapapun
besar keinginan kedua pihak untuk mencapai suatu solusi. Maka Anda perlu
mempersiapkan dan menerapkan BATNA [suatu situasi dimana Anda berada dalam
posisi harus mencapai kesepakatan, dan mitra Anda menyadari hal tsb]. BATNA = BEST ALTERNATIF TO A NEGOSIATED
AGREEMENT atau Alternatif Terbaik untuk Mencapai Kesepakatan melalui Negosiasi
[Fisher dan Urg, Getting to Yes, Hutchinson]. Dengan adanya
BATNA, anda mungkin tertolong untuk meneruskan negosiasi secara felksibel yaitu
:
- Mengetahui alternatif terbaik dari kegagalan
mencapai kepentingan utama Anda.
- Memperkirakan nilai BATNA Anda dalam hubungan dengan
tawaran terbaik yang ada.
- Contoh : Dalam negosiasi harga dengan seorang
pembeli, Anda disiapkan [dan diijinkan] untuk memberikan rabat hingga 20 %
harga yang ditawarkan. Anda membuka penjualan dengan rabat 10 %, yang
segera ditolak, dan ditawar 30 %. Sebenarnya, pihak lain bersedia menerima
10 %, namun Anda tidak mengetahui hal itu. Di sini terjadi tumpang tindih
posisi fall back, jadi hasil optimal jatuh dalam taksiran realistis kedua
pihak mengenai kesepakatan yang dapat dicapai dan hasil antara 15 % hingga
20 % dapat disepakati.Besar rabat yang akhirnya disepakati tergantung pada
:
- Kelihaian penjual maupun pembeli dalam bernegosiasi
- Berapa banyak yang dibutuhkan penjual untuk
melepaskan penjualan.
- Tingkat desakan kebutuhan pembeli terhadap barang
tsb. Menaksir posisi fall back
h) Perilaku dalam
negosiasi
Dalam
negosiasi seringkali kita berhadapan dengan dengan orang-orang yang lebih suka
mempertahankan pendirian yang kaku, dengan gaya garis keras, tanpa menyadari
adanya alternatif yang lebih efektif. Jika hal ini terjadi, petunjuk berikut
perlu Anda perhatikan :
- Pertahankan pendekatan yang sopan dan profesional
- Jangan membalas perilaku yang tidak menyenangkan
- Terus menegosiasikan kepentingan Anda, sambil
bertanya tentang alasan pendirian mereka dan cobalah untuk memperlihatkan
kelemahan pendirian mereka dengan diskusi yang logis dan masuk akal.
- Mintalah pandangan dan kritikan terhadap pendirian
Anda, sarankan lawan Anda untuk mencoba melihat situasi dari sudut pandang
Anda.
- Pusatkan pada permasalahan yang sedang dibahas
- Jangan tanggapi serangan yang bersifat pribadi dan
tidak masuk akal dengan tetap berdiam diri.
- Mintalah kriteria, alasan-alasan, data-data
pendukung, kesimpulan atau petunjuk yang obyektif.
- Perlihatkan antusiasme Anda untuk suatu solusi yang
adil dan ungkapkan kembali kesediaan Anda untuk mencapai dan menyetujui
kriteria yang obyektif.
- Perhatikan tanda-tanda adanya kerjasama dan beri
dukungan, sambutan, pujian, dan kepastian bahwa kerjasama akan menjadi
pusat perhatian Anda.
- Secara periodik buatlah ringkasan bidang-bidang yang
telah mencapai kesepakatan, dengan memperlihatkan antusiasme Anda pada
langkah-langkah yang telah berhasil membawa kesepakatan.
- Jangan menanggapi trik-trik berikut :
- Serangan terhadap pribadi, nama orang, dll
- Komentar-komentar yang menyesatkan, rumor, dan
kebenaran yang tidak utuh.
- Pertanyaan-pertanyaan
retoris
- Hal-hal
yang menyerempet bahaya
- Tuntutan
yang tinggi dan mustahil
- Sarkasme
- Upaya-upaya
untuk membuat Anda stress
- Diperkenalkannya
pada menit terakhir orang baru yang berwenang membuat keputusan, setelah
sebelumnya Anda mendapat penjelasan bahwa Anda tengah bernegosiasi dengan
pembuat keputusan.
- Jika semua upaya gagal, bersiaplah untuk menunda
diskusi. Gunakan
waktu penundaaan untuk:
§ Menurunkan ketegangan
§ Mempelajari kembali pokok-pokok yang
telah disetujui dan item-item yang belum dibahas
§ Mempelajari kembali situasi negosiasi
§ Mengamati
lebih lanjut mitra negosiasi Anda.
§ Mencari
persetujuan atau otorisasi lebih lanjut yang mungkin Anda butuhkan.
§
j) Mengakhiri
Negosiasi
Untuk
memantau perkembangan negosiasi, hal-hal berikut perlu diperhatikan
- Apakah semua pihak memahami dengan jelas apa yang
telah disepakati?
- Apakah semua pihak berkomitmen terhadap kesepakatan
tsb?
- Apakah diperlukan pertemuan lain untuk membahas
pokok-pokok yang kecil [atau yang besar? kapan?
- Bagaimana perasaan kedua pihak terhadap kesepakatan
yang telah dibuat? Apakah
dirasa adil?
- Apakah kita puas? Apakah justru kita saling
mengecam? Saling
mempertahankan pendirian ? kecewa?
Tahapan-tahapan
Negosiasi
Pada
dasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali, mengelola dan
mengendalikan emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah seringkali banyak di
antara kita tidak menyadari bahwa negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan
apa yang ada di dalam hati atau jiwa seseorang. Ini seperti gambaran sebuah
gunung es, di mana puncak yang kelihatan merupakan hal-hal yang formal,
tuntutan yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan atau prosedur perusahaan,
maupun hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan pada hitungan untung rugi.
Sedangkan
yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak
kelihatan, seperti misalnya hasrat, keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun
keyakinan yang dianut oleh individual yang terlibat dalam konflik atau yang
terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang di dalam inilah justru seringkali
menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif. Negosiasi
sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation
Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam
kita yang menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda
atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu
kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin
menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam
bernegosiasi).
Jadi
sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal,
kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu
menggunakan ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau
meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks,
di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan
pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses
negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan
keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang
dilakukannya.
Langkah-langkah
bernegosiasi
Persiapan.
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Tahap ini
sangat penting karena persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi
negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya
diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita
lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin
kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita
bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak
memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak
lainnya.
Kedua,
kenali karakter dan latar belakang lawan negosiasi kita. Gali informasi
sebanyak mungkin mengenai siapa dia/mereka, kekuatan dan kelemahannya, apa
tujuan atau kepentingannya. Tujuan yang jelas dan terukur disertai pengetahuan
atas lawan negosiasi akan memudahkan kita menyusun elemen ketiga, yaitu
beberapa alternatif skenario. Menyusun alternatif ini penting dilakukan agar
kita selalu tanggap menghadapi berbagai kemungkinan situasi. Dalam hal ini,
menyangkut juga apa tawaran maksimum dan minimum yang bisa kita berikan sesuai
tujuan kita. Hal terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kesiapan mental
kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah
adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman
kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan
negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya
berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
Pembukaan.
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus
mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi
dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu
memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita
melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali
negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan),
dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan
dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan
perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tips dalam
mengawali sebuah negosiasi:
a.
Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika
memasuki ruangan negosiasi;
b.
Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
c.
Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
d.
Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk
mengawali pembicaraan.
Selanjutnya
dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu sesuatu
yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada
dasarnya selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang
dapat dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.
Memulai proses negosiasi. Langkah
pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa yang
menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang
perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
a.
Tunggu
saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok
negosiasi;
b.
Sampaikan
pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh
percaya diri;
c.
Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan
untuk mencapai suatu kesepakatan dengan mereka;
d.
Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam
negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
e.
Sampaikan
bahwa ”jika anda memberi kami itu, kami akan memberi anda ini– if you’ll
give us this, we’ll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan
jelas apa yang harus mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita
berikan.
f.
Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah
mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan
pihak lain. Mendengar dengan efektif memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik
tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi
wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak mata dengan pembicara dan
kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh perhatian.
Zona Tawar Menawar (The Bargaining
Zone). Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita perlu
mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu wilayah ruang
yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Seller’s Opening Price) dan Tawaran awal oleh
pembeli (Buyer’s Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut terdapat
Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s Realistic Price dan Buyer’s Highest Price pada
sisi pembeli dan Seller’s Ideal Price, Seller’s Realistic Price dan Seller’s
Lowest Price pada sisi pembeli. Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik
adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi
oleh Seller’s Realistic Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan
terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah
Final Offer Zone. Menurut G. Richards
Shell, ada tiga macam tipe negosiator dalam etika penawaran yaitu: Poker
school, Idealist School, dan Pragmatist School.
The
“It’s a Game” Poker School
- Orang
yang mempunyai pandangan poker school memandang bahwa negosiasi adalah
sebuah permainan dengan aturan pasti. Bertindak sesuai aturan dianggap
etis sedangkan apabila bertindak sebaliknya dianggap tidak etis
- Orang
yang berpandangan tersebut terkadang mengijinkan cara – cara curang dalam
memenangkan negosiasi asal cara – cara tersebut tidak melanggar aturan
yang telah ditetapkan.
- Orang
yang memiliki pandangan “poker school” memiliki tiga masalah pokok yaitu:
(1) Mereka beranggapan bahwa penawaran dengan cara mengancam adalah sebuah
permainan (2) Semua orang dianggap memiliki aturan yang sama (setiap orang
dianggap akan melakukan hal yang sama), (3) Aturan tersebut dianggap
bertentangan dengan sebuah aturan yurisdiksi tunggal yang berlaku (Aturan
apapun akan diabaikan jika bertentangan dengan satu aturan pokok
negosiasi: MENANG!).
The
“Do the Right Thing Even If It Hurts” Idealist School.
- Orang
yang mempunyai pandangan Idealis berpendapat bahwa proses penawaran adalah
salah satu aspek kehidupan sosial bukan sebuah aktivitas spesial dengan
keunikannya sendiri dalam membuat aturan.
- Seorang
idealis tidak akan mengijinkan penggunaan cara – cara curang walaupun
tidak melanggar aturan dalam sebuah negosiasi.
- Seorang idealis dalam melakukan suatu negosiasi
mendasarkan pandangannya pada filosofi dan agama yang dianut.
- Seorang idealis mengijinkan anggapan bahwa
kecurangan pada negosiasi akan menurunkan moralitas dan kepercayaan dengan
teman, menghilangkan rasa tanggung jawab pada orang lain, dsb.
- Seorang idealist sangat tidak menyetujui bahwa
sebuah negosiasi dianggap sebagai permainan. Negosiasi adalah sesuatu hal
yang dianggap serius dan memiliki konsekuensi pada masa yang akan datang.
- Seorang idealis juga menganggap bahwa seorang poker
school dianggap predator yang akan mematikan lawannya dan egois karena
lebih mementingkan dirinya sendiri. The
“ WhaT Goes Around Comes Around” Pragmatist School.
- Karakter orang seperti ini masih menyadari tentang
tidak etisnya sebuah kecurangan dalam bernegosiasi tetapi pada situasi
tertentu dia tetap melakukannya karena dianggap tidak melanggar aturan.
- Mereka lebih sering melakukan dan mengijinkan
kebohongan sebagai salah satu trik negosiasi dibanding seorang idealis.
- Ada lima cara yang dilakukan seorang pragmatisme
untuk memblok dan menghindari bencana untuk melindungi kepentingan mereka,
yaitu: (1) Menyatakan bahwa pertanyaan itu di luar batas; (2) Menjawab
dengan pertanyaan yang berbeda; (3) Menghindar dari pertanyaan tersebut;
(4) Memberi pertanyaan pada diri anda sendiri; (5) Mengubah subyek dari
pertanyaan tersebut.
Membangun
Kesepakatan. Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan
dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak
melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement)
telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen untuk melaksanakannya. Yang
perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau
sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk
mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari
kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan. Karena itu,
penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap
dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh
maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak
memiliki niat atau keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut
berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain,
seperti misalnya: conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.
Description: TEKNIK LOBBY DAN NEGOSIASI
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: TEKNIK LOBBY DAN NEGOSIASI
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: TEKNIK LOBBY DAN NEGOSIASI
Tidak ada komentar: