Dewasa ini muncul berbagai aliran yang berdalih keagamaan dalam rangka mencari dukungan dan “suara-suara” rakyat. NKRI yang menjadi the final of constitution seolah seperti mainan yang dilempar dari tempat satu ketempat lainya. Terombang-ambingkan oleh sekte-sekte yang mengklaim kebenaran. Islam merupakan agama terbesar di Negara ini, maka pantaslah ketika “massanya” menjadi rebutan para pemegang kekuasaan. Memonopoli kebebasan yang dianggap sebagai penyesatan melalui ajaran-ajaran pembaharu yang berdalih “kembali ke khittah”. Semuanya menjadi samar, ketika kebenaran hakiki tertutup oleh dalil-dalil penyesatan. Maka dengan inilah muncul penyalahan atas ketidak sepahaman dengan menggunakan berbagai model justifikasi yang kompleks.
Pembahasan-pembahasan tentang situasi mendatang menjadi hal yang rancu untuk diperbincangkan dengan dalih ketakutan atas tercemarnya nilai dan budaya warisan kuno. Sementara disisi lainnya, pembahasan “baru” menjadi media untuk penghegemonian rasio pikir manusia atas klaim logis dan menjadi pilihan satu-satunya.
Lagi-lagi Islam, sebagai agama mayoritas yang menjadi daya tarik pengambil alihan kekuasaan. Prosesi perebutan kekuasaan melalui jalur yang biasanya dilakukan agaknya dinilai ketinggalan zaman, dan bukan menjadi trend dewasa ini. Gerakan semacam itu mudah ditebak lawan dan gampang untuk dipatahkan. Lantas para kaum “pembaharu” itu mulai menyebarkan virus-virus pemahaman liberal yang lebih ditujukan pada kebebasan berfikir dan bertindak. Mematahkan budaya yang ada, dengan menggantikan konfrontasi alam bawah sadar manusia untuk tujuan hegemoni modern. Mulai dari membuat “kisruh” situasi dan kemudian bak dewa penolong yang datang tepat pada waktunya “mereka” memberikan teori kebenaran yang logis. Sungguh model pencucian otak yang luar biasa. Maka dengan itu orang akan lebih mudah “meng-iya-kan” daripada harus menelaah dan mengkaji permasalahan sesungguhnya. Belum lagi kondisi alam pemikiran Indonesia yang masih dibawah rata-rata mayoritas Negara-negara adi daya.
Mereka masuk melalui syiar-syiar yang logis dan up to date dengan kondisi yang pada dasarnya mereka ciptakan itu. Sehingga orang akan merasa berterima kasih dan rela menjadi pengikutnya dengan penuh kesadaran atas penyelesaian permasalahan yang sejatinya adalah kamuflase atas manajemen konflik yang mereka ciptakan. Luar biasa.
Selain itu memecah persatuan Islam dengan membenturkan paham dan keyakinan atas satu orge dengan orge lainnya. Mereka menggunkan metode shun zui dalam penguasaan wilayah. Menciptakan perang-perang kecil untuk perang yang lebih besar dengan satu tujuan absolutism of sovereignty statute. Sebut saja dua organisasi masyarakat agamis terbesar di Indonesia ini, NU dan Muhamadiyah. Untuk menghancurkan kedua organisasi itu sudah tidak zamannya lagi dengan memperdebatkan aqidah atau fiqh yang mereka punya sebagai metode pengambilan hukum. Alias tahlil, qunut, ziarah, dan hal-lainya yang diklaim “bid’ah” sudah bukan menjadi model yang tepat untuk mengadu-domba mereka. Ada beberapa model baru yang dianggap lebih tepat. Hanya saja masyarakat Indonesia itu dibuat tidak tahu-menahu atas gerakan separatis-destruktif yang bertujuan mengambil alih kekuasaan Negara. Lagi-lagi NKRI hanya sebagai cerita masa lalu yang dikemas dalam sejarah yang sejatinya menyembunyikan banyak kebenaran dengan “pengaburan” informasi yang nyata terjadi pada masa itu.
Munculnya aliran baru dalam hal keagamaan seolah menjadi pilihan yang tepat bahkan satu-satunya pilihan atas kondisi yang terjadi dewasa ini. Para stakeholders yang harusnya mengayomi dan melindungi massa-nya berubah menjadi mesin pengeruk kepercayaan. Disisi lainnya massa yang seharusnya patuh terhadap pimpinan dijejali dengan paham demokrasi dan liberalisme sesat. Mengagungkan teori pembebasan, menuhankan Marx, Lenin, Hegel, atau bahkan meragukan semua permasalahan yang melanda seperti Descartes, atau bahkan Nietzsche yang menganggap kekuasaan Maha Tinggi telah mati? Entahlah, perlu analisis lebih mendalam dalam mengkaji hal tersebut. Namun setidaknya dari beberapa aliran tersebut seolah semakin mengaburkan atas esensi dari kebenaran menjadi kebenaran yang relatif.
Bertolak dari hal tersebut, perlu kita ketahui bahwa Indonesia telah dijajah secara fisik lebih dari 3 abad lamanya dan bahkan hingga sekarangpun masih dijajah namun dalam bentuk yang lainnya. Anehnya lagi malah seolah bangsa ini menawarkan diri untuk dijajah, sungguh ironis. Kemerdekaan yang sering disuarakan sebagai tujuan umum disisi lain dianggap sebagai pembodohan akal pikir bangsa ini. Bila kita telusuri, Indonesia antipati terhadap penjajahan kolonial namun menawarkan diri untuk dijajah bangsa-bangsa seagama dengan dalih klaim atas kebenaran Tuhan.
Model aliran Islam telah banyak berkembang di Negara tercinta ini, bahkan budaya asal yang seharusnya menjadi rujukan atas konsep pemikiran dan keyakinan yang sesuai dianggap “bid’ah” dan menyesatkan. Konsep Khilafah menjadi rujukan atas kejenuhan pemerintahan yang ada. Sementara Khilafah sendiri masih mempunyai tanda tanya besar dari kesempurnaan yang ideal. Maka dari hal tersebutlah banyak bermunculan kontroversi yang saling menciderai. Lantas apakah kita akan menguasai Negara dengan mengembalikan zaman dimasa silam? Dengan menjadikan agama sebagai dasar hukum atau azas Negara ini? Tentunya tidak, NU dan Muhamadiyah yang menjadi dua kekuatan besar di Negara inipun menghargai toleransi dengan menghapuskan Islam sebagai dasar Negara dan meng-amini Pancasila sebagai pemersatu keutuhan dan kekuatan yang harus dijunjung tinggi. Mereka menerapkan konsep aswaja dalam menegakkan kedaulatan. Sehingga sering disebut sebagai aliran yang moderat. Berbanding terbalik dengan mereka yang mengklaim dirinya sebagai pembaharu yang lebih bersifat radikal. Atau istilah lainnya dengan model “garis keras” demi mengembalikan Islam dan Negara yang ideal dengan dalih menggunakan konsep Khilafah tersebut.
bersambung,...
Description: RESTORASI ISLAM RADIKAL VS MODERAT DALAM PENGUASAAN NEGARA BANGSA [Edisi I]
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: RESTORASI ISLAM RADIKAL VS MODERAT DALAM PENGUASAAN NEGARA BANGSA [Edisi I]
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: RESTORASI ISLAM RADIKAL VS MODERAT DALAM PENGUASAAN NEGARA BANGSA [Edisi I]
2 komentar: