Dewasa ini kemiskinan merajalela. Ketimpangan sosial akibat pengaruh politik para penguasa terjadi dimana-mana. Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Tapi sedikit sekali orang yang prihatin dengan keadaan itu. Padahal mayoritas penduduk kita adalah orang islam.
Apabila kita kaitkan dengan hadits diatas, maka setidaknya hal yang memprihatinkan itu tak akan terjadi. Kita mengaku bahwa kita adalah orang muslim tapi ke[pedulian kita tak mencerminkan layaknya orang muslim. Kita masih kekenyangan diatas kelaparan orang lain. Padahal setiap ayat al-Quran yang menjelaskan tentang keimanan pasti dibuntuti dengan aplikasi dari keimanan itu. Sebagai contoh yang ederhana kita diperintahkan untuk sholat tapi juga diteruskan dengan diperintahkan membayar zakat.
Jika kita memang benar-benar menjalankan apa yang dijelaskan potongan ayat tadi niscaya kemiskinan tak akan terjadi. Bayangkan saja setiap orang yang mampu atau orang kaya menunaikan zakatnya sesuai dengan yang disyariatkan oleh agama pasti akan mencukupi kebutuhan para fakir miskin. Bukankah setiap harta yang kita miliki ada hak orang lain?.
Jadi kalau kita merasa kita dalah makhluk yang beriman hendaknya kita juga memperhatikan keadaan orang lain. Nabi bersabda, ”khoirunnas anfa’uhum linnas”. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi manusia yang lain. Dengan kita memperhatikan itu niscaya iman kita akan menjadi sempurna dan derajat kita akan menjadi tinggi baik dimata manusia maupun dimata San Pencipta.
Dalam suatu cerita yang diriwayatkan al-Qarni, beliau berkata : Aku bersua dalam suatu perjalananku dengan seorang pendeta, lalu aku bertanya kepoadanya: Wahai Pendeta! Perkara apakah yang menaikkan derajat seseorang?.
Pendeta itu menjawab : Mengembalikan hak-hak orang lain yang dianiaya olehnya dan meringankan punggung dari tanggung jawab, karena amal pebuatan hamba tidak akan naik (ke sisi Tuhan), jika dia masih mempunyai tanggungan atau berbuat Dzalim.
Dan juga dijelaskan dalam sebuah hadits yang artinya berikut ini ; :Hamba-hambaku yang paling dicintai Alloh adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia, perbuatan yang paling utama adalah memasukkan (menghadirkan) rasa senang ke dalam hati orang mukmin berupa membasmi kelaparan, menyingkap kesulitan atau membayar utangnya. Dan dua hal yang tiada sesuatu pun melebihi jahatnya adalah menyekutukan Aloh dan mendatangkan bahaya kepada kaum muslimin.
Dari keterangan-keterangan yang disebutkan jelaslah ada relasi antara Iman dan kepedulian sosial sebagai aplikasi dari iamn itu sendiri. Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup sendiri. Sebagai contoh nasi yang kita makan tentu melibatkan banyak orang dalam memperolehnya. Mulai dari yang menanam, mengairi, memanen, sampai ke penggilingan bahkan sampai kepada kita banyak melibatkan orang lain. jadi selayaknya kita apa yang kita nikmati juga ada kenikmatan bagi orang lain.
oleh: Ahmad Nurholis
Ketua PK PMII Walisongo Purwokerto 2012 - 2013 |
Description: Iman dan Kepedulian Sosial
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: Iman dan Kepedulian Sosial
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: Iman dan Kepedulian Sosial
Tidak ada komentar: