Sebuah Pengantar Fazlur Rahman
Oleh
: Ahmad Nurholis*
Al-Quran
adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang kemudian berbentuk teks
atau tulisan. Dalam prosesi penurunan ayat al-Quran, Alloh selalu melihat
permasalahan yang terjadi baik dari segi sosial maupun yang lain. Tak heran
manakala kandungan al-Quran sarat dengan pengetahuan moral, ekonomi, social
bahkan hukum-hukum yang bersifat umum. Semua kandungan al-Quran bisa digunakan
sebagai dalil (hujjah) dalam menyelesaikan permasalahan dimana saja dan kapan
saja. Maka fungsi al-Quran adalah sebgai respon atas permasalahan yang muncul
di lingkungan masyarakat Arab waktu itu. Pertanyaannya adalah metode apakah
yang tepat dalam menafsirkan ayat al-Quran sehingga kandungannya bisa digunakan
dimana saja dan kapan saja?. Tulisan di bawah ini akan memuat ungkapan
penafsiran Fazlur Rahman dalam menafsirkan al-Quran.
Dalam
sebuah catatan penelitian yang dilakukan Fazlur Rahman beserta Profesor Leonard
Binder bertemakan “Islam dan Perubahan Sosial”, menghasilkan catatan-catatan
penting. Penelitian ini dilakukan di University of Chicago dan didanai oleh
Ford Foundation dalam pendidikan Islam. Sebutan pendidikan Islam tidak
diarahkan kepada hal yang berbau fisik tetapi lebih menitikberatkan esensinya
yakni intelektual Islam. Ini adalah pertumbuhan suatu pemikiran Islam yang
murni, asli dan memadai yang harus menyediakan kriteria nyata untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem pendidikan Islam. Ada beberapa alasan
mengenai pentingya intelektual Islam, pertama, al-Quran bagi umat muslim adalah
dokumen yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad karena tidak ada dokumen lain yang
dianggap seperti itu. Kedua, al-Quran menyatakan dirinya sebagai panduan paling
komprehensif bagi manusia baik asumsi dan subsuming wahyu sebelumnya (12:111,
10:37, 6:114). Ketiga, al-Quran yang diturunkan dalam waktu kurang lebih 22
tahun dsan setiap ayat berlainan kandungan dan latar historisnya harus mampu
menjawab tantangan yang ada bahkan sampai zaman sekarang. Ketiga inilah yang
mendasari betapa pentingnya intelektual Islam sebagai modal dalam memahami
kandungan al-Quran secara maksimal dan komprehensif.
Konsep
yang ditawarkan Fazlur Rahman dalam memahami ayat al-Quran adalah menggunakan
hermeneutik. Cara menggunakan hermeneutic al-Quran sebagai berikut:pertama,
al-Quran dipandang sebagai satu kesatuan utuh. Al-Quran tidak hanya memuat
sedikit persoalan-persoalan kehidupan manusia. Cara menggunakan pemikiran
al-Quran dalam pandangan kesatuan adalah berpikir secara independen dan tidak
menggunakan sumber lain. Kebanyakan para filsuf memikirkan al-Quran
berlandaskan pada filsafat Yunani sedangkan para sufi selalu menggunakan
teologisnya. Fazlur Rahman menghendaki pemikiran yang seperti itu menggunakan
realism. Artinya apa yang terjadi di masyarakat kemudian dicarikan dalam
al-Quran dan ditafsirkan sesuai kenyataan yang ada.
Kedua,
dalam menggunakan hermeneutik sangat menekankan nilai-nilai sejarah. Nilai
sejarah inilah yang akan melahirkan iman karena iman dapat dihasilkan melalui
pemahaman nilai-nilai jika iman itu tidak hanya dsogmatis. Namun, dalam
hermeneutika Fazlur Rahaman tidak hanya menggunakan iman tetapi juga
mengkolerasikan dengan fakta historis. Akhirnya dai keduanya melahirkan sebuah
istilah nilai historis. Nilai historis ini diambil berdasarkan kandungan
kejadian masa lalu. Misalkan, sebuah nilai ekonomi tertentu, diwakili oleh
suatu masyarakat tertentu pada masa lalu tertentu, kehabisan hidupnya dalam
konteks sosial ekonomi. Maka nilai historisnya adalah orang akan menyamakan
hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi pada masa sekarang dengan masa lalu
padahal keduanya berbeda secara keadaan daerahnya masing-masing.
Ketiga,
al-Quran merupakan dokumen yang menggambarkan kondisi waktu zaman Nabi.
Al-Quran pun merupakan respon terhadap situasi waktu itu. Hampir semua
permasalahan yang ada terjawab dan bahkan permasalahan sekarang pun bisa
dijawab dengan al-Quran. Tak heran jika al-Quran berisi sebagian pernyataan
mengenai moral, sosial, ekonomi, religiusitas, hukum-hukum bahkan narasi
historis sebelum Nabi dilahirkan. Tetapi terkadang al-Quran hanya memberikan
jawaban atas pertanyaan atau masalah, yang biasanya jawaban ini dinyatakan
dalam sebuah legislasi eksplisit atau semi rasio eksplisit, sementara ada juga
hukum-hukum umum dengan mempelajari pernyataan yang muncul dari waktu ke waktu.
Dalam
konteks yang seperti ini maka penafsiran al-Quran melalui du langkah, yang
pertama seseorang harus memahami situasi historis atau masalah yang terjadi.
Sebelum memasuki studi teks, maka studi umum mengenai kondisi sosio-historis
diutamakan terlebih dahulu secara makro. Maka dari sini akan melahirkan
pemahaman al-Quran secara keseluruhan maupun prinsip-prinsip tertentu yang
merupakan tanggapan atas situasi tersebut. Yang kedua, menggeneralisasikan
jawaban-jawaban spesifik dan melafalkan sebagai pernyataan-pernyataan
sosio-moral bertujuan nantinya akan dapat disaring dari teks-teks tertentu
dalam latar belakang yang jelas dan dan dinyatakan dalam pemikiran yang legal.
Ketiga
syarat di atas merupakan langkah yang ditempuh dalam metodse hermeneutika
Fazlur Rahman. Inti dari semuanya adalah bahwasanya dalam menafsirkan al-Quran,
seseorang harus mengerahui latar historisnya. Al-Quran tidak mungkin hanya
ditafsirkan secara tekstualis saja tetapi dilihat secara sosio-historis mengapa
ayat tersebut diturunkan. Dari situlah akan terlihat bahwasanya kebutuhan ayat
al-Quran tersebut diturunkan menjadi sebuah jawaban atas persoalan tersebut.
Dalam konteks yang berbeda-baik geografis, sosial dan sebagainya-pemaknaan
al-Quran disesuaikan dengan kondisi yang ada. Hal yang perlu digunakan adalah
spirit/nilai historisnya. Dengan nilai historis tersebut akan bisa digunakan
dimanapun karena nilai selalu bersifat umum. Dengan nilai hitoris ini, al-Quran
akan mampu menjawab tantangan dan masalah di mana saja dan kapan saja.
*
Mahasiswa V BKI 2 Jurusan Dakwah. NIM. 092311029.
Description: Paradigma Hermeneutika al-Quran
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: Paradigma Hermeneutika al-Quran
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: Paradigma Hermeneutika al-Quran
Tidak ada komentar: