Peta Banjarnegara |
Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV
berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan
Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie
Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi
jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di
Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.
Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala
yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi
sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri
Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk
mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan
Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk
ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan
persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan
(Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama
daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).
R.Tumenggung Dipoyuda menjabat Bupati sampai tahun
1846, kemudian diganti R. Adipati Dipodiningkrat, tahun 1878 pensiun.
Penggantinya diambil dari luar Kabupaten Banjarnegara. Gubermen (pemerintahan)
mengangkat Mas Ngabehi Atmodipuro, patih Kabupaten Purworejo(Bangelan) I Gung
Kalopaking di panjer (Kebumen) sebagai penggantinya dan bergelar Kanjeng Raden
Tumenggung Jayanegara I. Beliau mendapat ganjaran pangkat "Adipati"
dan tanda kehormatan "Bintang Mas" Tahun 1896 beliau wafat diganti
putranya Raden Mas Jayamisena, Wedana distrik Singomerto (Banjarnegara) dan
bergelar Kanjeng Raden Tumenggung JayanegaraII. Dari pemerintahan Belanda Raden
Tumenggung Jayanegara II mendapat anugrah pangkat "Adipati Aria"
Payung emas Bintang emas besar, Officer Oranye. Pada tahun 1927 beliau
berhenti, pensiun. Penggantinya putra beliau Raden Sumitro Kolopaking
Purbonegoro, yang juga mendapat anugrah sebutan Tumenggung Aria, beliau
keturunan kanjeng R. Adipati Dipadingrat, berarti kabupaten kembali kepada
keturunan para penguasa terdahulu. Diantara para Bupati Banjarnegara, Arya
Sumitro Kolopaking yang menghayati 3 jaman, yaitu jaman Hindia Belanda, Jepang
dan RI, dan menghayati serta menangani langsung Gelora Revolusi Nasional (1945
- 1949). Ia mengalami sebutan "Gusti Kanjeng Bupati", lalu
"Banjarnegara Ken Cho" dan berakhir "Bapak Bupati".
Selanjutnya yang menjadi Bupati setelah Raden Aria Sumtro Kolopaking
Purbonegoro ialah : R. Adipati Dipadiningrat (1846-1878)
I. Kyai Ageng Maliu Pendiri Desa Banjar
Dalam riwayat berdirinya Kabupaten Banjarnegara
disebutkan bahwa seorang tokoh masyarakat yang bernama Kyai Maliu sangat
tertarik akan keindahan alam di sekitar Kali Merawu sebelah selatan jembatan
Clangap (sekarang). Keindahan tersebut antara lain karena tanahnya berundak,
berbanjar sepanjang kali.
Sejak saat itu, Kyai Maliu kemudian mendirikan
pondok/rumah sebagai tempat tinggalnya yang baru. Setelah Kyai Maliu tinggal di
tempat barunya tersebut, dalam waktu singkat disusul pula dengan berdirinya
rumah-rumah penduduk yang lain disekitar pondok Kyai Maliu sehingga kemudian
membentuk suatu perkampungan. Perkampungan tersebut terus berkembang waktu demi
waktu yang akhirnya menjadi sebuah desa.
Desa baru tersebut kemudian dinamakan “BANJAR”
sesuai dengan daerahnya yang berupa sawah yang berpetak-petak. Atas dasar
musyawarah penduduk desa baru tersebut Kyai Maliu diangkat menjadi Pertinggi
(Kepala Desa), sehingga kemudian dikenal dengan nama “Kyai Ageng Maliu Pertinggi
Banjar”.
Keramaian dan kemajuan desa Banjar dibawah
kepemimpinan Kyai Ageng Maliu semakin pesat tatkala kedatangan Kanjeng Pangeran
Giri Wasiat, Panembahan Giri Pit dan Nyai Sekati yang sedang mengembara dalam
rangka syiar agama Islam. Ketiganya merupakan putra Sunan Giri, raja di Giri
Gajah Gresik yang bergelar Prabu Satmoko.
Sejak kedatangan Pangeran Giri Pit, Desa Banjar
menjadi pusat pengembangan agama Islam. Kyai Ageng Maliu semakin bertambah
kemampuannya dalam hal agama Islam dan dalam memimpin Desa Banjar. Karena
kepemimpinannya itulah Desa Banjar semakin berkembang dan semakin ramai.
Desa Banjar yang didirikan oleh Kyai Ageng Maliu
inilah pada akhirnya menjadi cikal bakal Kabupaten Banjarnegara.
II. Awal
Pemerintahan Kabupaten Banjarnegara
Setelah wafatnya Adipati Wargo Hutomo I (Adipati
Wirasaba) dalam perjalanan pulang setelah menghadap Sultan Hadiwijoyo (Sultan
Pajang) akibat adanya kesalahpahaman Utusan (Gandek) dari Kerajaan Pajang dalam
mengartikan perintah Sultan Hadiwijoyo yang diperkuat dengan fitnah Demang
Toyareka (Adik Adipati Wargo Hutomo), pucuk pimpinan Kabupaten Wirasaba
mengalami kekosongan. Untuk selanjutnya Kabupaten Wirasaba dipimpin oleh Patih
yang telah mewakili Adipati sejak menghadap Sultan.
Para Putra Adipati tidak ada yang berani
menggantikan kedudukan ayahnya sebelum mendapat ijin dari Kanjeng Sultan
Hadiwijoyo di Pajang.
Menyadari kesalahannya yang menyebabkan wafatnya
Adipati Wargo Hutomo I, Sultan Hadiwijoyo mengutus Tumenggung Tambakbaya
mengirimkan surat kepada Keluarga Adipati Wargo Hutomo I di Wirasaba yang
isinya mengharapkan kehadiran salah satu putra Adipati Wargo Hutomo I untuk
menghadap Sultan. Namun demikian tidak satupun dari putra Adipati Wargo Hutomo
I yang bersedia menghadap Kanjeng Sultan Hadi Wijoyo. Hal ini dikarenakan
disamping duka akibat peristiwa terbunuhnya ayahandanya belum sepenuhnya
hilang, muncul pula perasaan khawatir bilamana ternyata mendapat perlakuan
serupa.
Akhirnya Tumenggung Tambakbaya meminta Joko Kaiman
(menantu Adipati) untuk memenuhi panggilan Sultan menghadap ke Pajang. Atas
persetujuan Saudara-saudara iparnya, berangkatlah Joko Kaiman menghadap Sultan
Hadiwijoyo di Pajang.
Sesampainya di Pajang, Sultan menjelaskan duduk
permasalahan hingga Adipati Wargo Hutomo terbunuh dan menyampaikan permohonan
maaf kepada semua putra Adipati dan masyarakat Wirasaba. Dalam kesempatan itu
pula, Sultan Hadiwijoyo mengangkat Joko Kaiman menjadi Bupati Wirasaba
menggantikan Adipati Wargo Hutomo I, yang kemudian bergelar Adipati Wargo
Hutomo II.
Menyadari statusnya hanya sebagai putra menantu,
maka demi menjaga keutuhan keluarga, setelah diangkat menjadi Bupati, Joko
Kaiman (Wargo Hutomo II) mengeluarkan kebijakan yaitu membagi Kabupaten
Wirasaba menjadi 4 (empat) Kabupaten Kecil untuk saudara-saudara iparnya, yaitu
:
Kabupaten Wirasaba diserahkan kepada Kyai Ngabei
Wargo Wijoyo ;
Kabupaten Merden, deserahkan kepada Kyai Ngabei
Wiro Kusumo ;
Kabupaten Banjar Petambakan kepada Kyai Ngabei
Wiroyudo;
Kabupaten Banyumas di Daerah Kejawar dipimpin
sendiri oleh Wargo Hutomo II.
Kebijakan ini disetujui semua saudara iparnya dan
mendapatkan ijin dari Sultan Pajang. Karena kebijakannya membagi Daerah Kabupaten
Wirasaba menjadi 4 (empat) Kabupaten tersebut, Kyai Adipati Wargo Hutomo II
mendapat julukan Adipati Mrapat.
Peristiwa tersebut merupakan awal adanya
pemerintahan Kabupaten Banjar Petambakan, cikal bakal Kabupaten Banjarnegara.
Kabupaten Banjar Petambakan
Kyai Ngabehi Wiroyudo merupakan Bupati Banjar
Petambakan pertama yang memerintah pada ± Tahun 1582 (melihat pendirian Pendopo
Kabupaten Banyumas di Kejawar oleh Wargo Hutomo II, yang merupakan salah satu
pecahan dari Kabupaten Wirasaba tercatat tahun 1582).
Namun siapa pengganti Kyai Ngabei Wiroyudo sampai
R. Ngabehi Banyakwide diangkat sebagai Kliwon Banyumas yang bermukim di Banjar
Petambakan tidak diketahui, karena tidak ada/belum ditemukan sumber/ catatan
tertulis. Ada kemungkinan Kabupaten Banjar Petambakan dibawah Kyai Ngabei
Wiroyudo tidak berkembang (tidak lestari) seperti halnya Kabupaten Merden yang
diperintah R. Ngabei Wargawijaya dan Kabupaten Wirasaba yang diperintah oleh R.
Ngabei Wirakusuma. Tidak demikian halnya halnya dengan Kabupaten Banyumas
(Daerah Kejawar) dibawah pemerintahan R. Adipati Wargo Hutomo II yang dapat
bertahan dan terus berkembang.
R. Banyakwide adalah putra R. Tumenggung Mertoyudo
(Bupati Banyumas ke 4). Dari sini terlihat bahwa selama 3 (tiga) periode
kepemimpinan Bupati di Kabupaten Banyumas (setelah Wargo Hutomo II) sampai
dengan Bupati ke 4 (R.T. Mertoyudo), Kabupaten Banjar Petambakan tidak tercatat
ada yang memerintah.
Karena cukup lama tidak ada yang memerintah, maka
setelah diangkatnya R. Banyakwide sebagai Kliwon Banyumas tetapi bermukim di
Banjar Petambakan, ada yang menyebut Banyakwide adalah Bupati Banjar Petambakan
Pertama setelah Pemerintahan Ngabehi Wiroyudo.
R. Banyak Wide mempunyai 4 (empat) putera, yaitu:
Kyai Ngabei Mangunyudo;
R. Kenthol Kertoyudo;
R. Bagus Brata;
Mas Ajeng Basiah.
Sepeninggal R. Banyakwide Kabupaten Banjar
Petambakan diperintah oleh R. Ngabei Mangunyudo I yang kemudian dikenal dengan
julukan Hadipati Mangunyudo Sedo Loji (Benteng), karena beliau gugur di loji
saat perang melawan Belanda di Kartosuro.
Kebenciannya terhadap Belanda ditunjukkan sewaktu
ada geger perang Pracino (pecinan) yaitu pemberontakan oleh bangsa Tionghoa
kepada VOC saat Mataram dipimpin Paku Buwono II.
R. Ngabehi Mangunyudo I sebagai Bupati manca minta
ijin untuk menghancurkan Loji VOC di Kartasura. Paku Buwono II mengijinkanya
dengan satu permintaan agar R. Ng. Mangunyudo tidak membunuh pasangan suami
istri orang belanda yang berada di loji paling atas.
Akhirnya perang sengitpun terjadi antara pajurit
Mangunyudo I dengan pasukan VOC (tahun 1743). Melihat prajuritnya banyak yang
tewas, Adipati Mangunyudo I sangat marah, seluruh penghuni loji dibunuhnya,
bahkan beliau lupa pesan Sri Susuhunan Pakubuwono II. Melihat masih ada orang
Belanda yang masih hidup di bagian paling atas Loji, R. Mangunyudo I
mengejarnya dan berusaha membunuh pasangan suami istri orang Belanda, yang
sebenarnya adalah Pakubuwono II dan Permaisuri yang sedang menyamar. Merasa
terancam jiwanya, Pakubuwono II akhirnya membunuh Adipati Mangunyudo I yang
sedang kalap di Loji VOC tersebut. Sebab itulah kemudian Adipati Mangunyudo I
dikenal dengan sebutan Adipati Mangunyudo Sedo Loji.
Kabupaten Banjar Watu Lembu
a. Berdasarkan sumber/buku “Inti Silsilah dan
Sejarah Banyumas”
Setelah Adipati Mangunyudo I wafat, disebutkan
bahwa pengganti Bupati Banjar Petambakan adalah puteranya yang bergelar R.
Ngabei Mangunyudo II, yang dikenal dengan R. Ngabei Mangunyudo Sedo Mukti.
Di era kepemimpinannya, Kabupaten dipindahkan ke
sebelah Barat Sungai Merawu dengan nama Kabupaten Banjar Watu Lembu (Banjar
Selo Lembu).
R. Ngabei Mangunyudo II merupakan Bupati Banjar
Watu Lembu Pertama, yang kemudian digantikan oleh puteranya, bergelar Kyai R.
Ngabei Mangunyudo III yang kemudian berganti nama menjadi Kyai R. Ngabei
Mangunbroto, Bupati Anom Banjar Selolembu. Masih dari sumber yang sama, R.
Ngabei Mangunbroto wafat karena bunuh diri.
Penggantinya adalah R.T. Mangunsubroto yang
memerintah Kabupaten Banjar Watulembu sampai tahun 1931.
Karena Kabupaten Banjar Watulembu sangat antipati
terhadap Belanda, maka setelah perang Diponegoro dimana kemenangan dipihak
Belanda, Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan statusnya menjadi Distrik dengan
dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangunsubroto dan R. Ng. Ranudirejo.
Berdasarkan sumber “Register Sarasilah Keturunan R.
Ngabei Banyakwide dan Register Catatan Legenda Riwayat Kanjeng Sunan Giri
Wasiyat, Kyai Panembahan Giri Pit, Nyai Ageng Sekati”
Dalam sumber tersebut disebutkan bahwa yang
menggantikan Mangunyudo I adalah R. Ngabehi Kenthol Kertoyudo yang kemudian
bergelar R. Ngabei Mangunyudo II. Dalam perang Diponegoro lebih dikenal dengan
R. Tumenggung Kertonegoro III atau Mangunyudo Mukti.
Pada masa pemerintahannya, Kabupaten dipindahkan ke
sebelah Barat Sungai Merawu dan kemudian dinamakan Kabupaten “Banjar
Watulembu”.
Sikap Adipati Mangunyudo II yang sangat anti
terhadap Belanda dan bahkan turut memperkuat pasukan Diponegoro dalam perang
melawan Belanda (dimana perang tersebut berakhir dengan kemenangan di pihak
Belanda), berakibat R. Ngabei Mangunyudo II dipecat sebagai Bupati Banjar
Watulembu, dan pada saat itu pula status
Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu
R. Ngabei Mangun Broto dan R. Ngabei Ranudirejo.
Terlepas sumber mana yang benar, para pemimpin/
Bupati Banjar mulai Mangunyudo I sampai yang terakhir Mangunsubroto atau
Mangunyudo II, semuanya anti penjajah Belanda.
Kabupaten Banjarnegara
Karena selama perang Diponegoro dapat mengatasi
pasukan Pangeran Diponegoro yang dibantu oleh pasukan dari Kabupaten
Banjarwatulembu dan dianggap berjasa kepada Kerajaan Mataram (pada waktu itu
terdapat ikatan perjanjian dengan Belanda), Raden Tumenggung Dipoyudho IV yang
pernah menjabat Ngabei di Purbolinggo dan kemudian diangkat menjadi Tumenggung
Ayah selama 25 tahun, oleh Belanda diusulkan kepada Sri Susuhunan Paku Buwana
VII untuk ditetapkan menjadi Bupati Banjar (Banjar Watulembu).
Setelah mendapat ijin, maka berdasarkan Resolutie
Governeur General Buitenzorg tanggal 22 Agustus 1831 Nomor I, maka Raden
Tumenggung Dipoyudho IV resmi menjabat Bupati Banjar Watulembu.
Beberapa saat setelah pengangkatannya, Raden
Tumenggung Dipoyudho IV meminta ijin kepada Paku Buwana VII di Kasunanan
Surakarta untuk memindahkan kota kabupaten ke sebelah selatan Sungai Serayu.
Setelah permintaan tersebut dikabulkan, maka dimulailah pembangunan kota
kabupaten yang semula berupa daerah persawahan.
Untuk mengenang asal mula Kota Kabupaten baru yang
berupa persawahan dan telah dibangun menjadi kota, oleh Raden Tumenggung
Dipoyudho IV, Kabupaten Baru tersebut diberi nama “BANJARNEGARA” (mempunyai
maksud Sawah = Banjar, berubah menjadi kota = negara) sampai sekarang.
Setelah segala sesuatunya siap, Raden Tumenggung
Dipoyudo IV sebagai Bupati beserta semua pegawai Kabupaten pindah dari Banjar
Watulembu ke Kota Kabupaten yang baru Banjarnegara.
Dikarenakan
pada saat pengangkatannya status Kabupaten Banjar Watulembu yang terdahulu
telah dihapus, maka Raden Tumenggung Dipoyudho IV dikenal sebagai Bupati
Banjarnegara I (Pertama).
Peristiwa Pengangkatan Raden Tumenggung Dipoyudho
IV pada tanggal 22 Agustus 1831 sebagai Bupati Banjarnegara inilah yang
dijadikan dasar untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara, yaitu dengan
Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Banjarnegara tanggal 1 Juli 1981 dan Peraturan
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Hari
Jadi Kabupaten Banjarnegara.
Para Bupati yang Telah Berjasa Dalam Pembangunan
Kabupaten Banjarnegara
I) 1. Nama
/ Gelar : K.R.T. Dipoyudho IV
2. Masa Jabatan : 1831 – 1846
3. Riwayat singkat :
ketika kecil bernama Kadirman, kemudian menjadi Mantri Anom dan oleh
Kanjeng Susuhunan Paku Buwana IV dianugerahi nama Atmo Sukaryo. Sebelum menjadi
Bupati Banjarnegara pernah diangkat menjadi Ngabei di Purbolinggo selama 3
tahun, bergelar Dipoyudho IV selanjutnya diangkat menjadi Bupati Ayah selama 25
tahun.
II) 1.
Nama/Gelar : K.R.T.
Dipodiningrat
2. Masa Jabatan :
1846 – 1878
3. Riwayat singkat :
Putra R.T. Dhipoyudo IV Wafat tahun 1878 dan dimakamkan di belakang
Masjid Agung Banjarnegara.
III) 1.
Nama/Gelar : K.R.T. Joyonegoro I
2. Masa Jabatan :
1878 – 1896
3. Riwayat singkat :
Putra R.T. Kalapaking, Bupati
Panjer yang waktu muda bernama R. Atmodipura. Sebelumnya pernah menjabat Patih
Purworejo. Dari Pemerintah Belanda mendapat Ganjaran pangkat “Adipati” dan
Bintang Mas. Wafat Tahun 1896, dimakamkan di Kuwondo Giri (Blambangan,
Banjarnegara).
IV) 1.
Nama/Gelar : K.R.T. Joyonegoro
II
2. Masa Jabatan : 1896 – 1927
3. Riwatyat singkat :
Putra R.T. Joyonegoro I, waktu muda bernama R.M. Joyomiseno Pernah
menjabat Wedana Singamerta. Dari Pemerintah Belanda mendapat Ganjaran pangkat “Adipati Arya”, Payung emas, Bintang
Emas Besar Officer Oranye. Pensiun pada tahun 1927.
V) 1.
Nama/Gelar : Kanjeng Raden Adipati Ario Sumitra Kalapaking
Purbonegoro
2. Masa Jabatan :
1927 – 1949
3. Riwayat singkat :
Mendapat anugerah dari Pemerintah Belanda “Tumenggung Aria”. Beliau
mengalami tiga peralihan kekuasaan : Belanda, Jepang dan Republik Indonesia
dengan tiga sebutan pula : Kanjeng Gusti Bupati, Bandara Ken- Cho, dan Bapak
Bupati.
VI) 1.
Nama/Gelar : Raden Sumarto
2. Masa Jabatan : 1949 – 1959
3. Riwayat singkat :
Menjabat Bupati Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Banjarnegara. Wafat
tahun 1980, dimakamkan di makam Bergota, Candilama Semarang.
VII) 1.
Nama/Gelar : Mas Soejirno
2. Masa Jabatan :
1960 – 1967
3. Riwayat singkat : Lahir di Sokaraja Wetan tgl 15 Desember
1911. Pendidikan MULO tahun 1930.
VII) 1.
Nama/Gelar : Raden Soedibjo
2. Masa Jabatan :
1967 – 1973
3. Riwayat singkat : Lahir di Karangjambu Purwokerto tanggal
12 Maret 1923. Sebelumnya menjabat Komandan KODIM 0704
IX) 1.
Nama/Gelar : Drs. Soewadji
2. Masa Jabatan :
1973 – 1980
3. Riwayat singkat :
Pendidikan APDN Malang tahun 1952, Doktoral Sospol Universitas Negeri
Yogyakarta tahun 1966. Sebelumnya menjabat Sekretaris Wilayah Daerah Kabupaten
Dati II Magelang.
X)
1. Nama/Gelar : Drs.
Winarno Surya Adisubrata
2. Masa Jabatan :
1980 – 1986
3. Riwayat : Lahir di Sala tanggal 14
Oktober 1936. Pendidikan APDN Malang tahun 1959, Doktoral Fakultas Sospol
Universitas Hasanudin Makassar tahun 1963. Sebelumnya menjabat Bupati Demak.
XI) 1.
Nama/Gelar : H. Endro Suwaryo
2. Masa Jabatan :
1986 – 1991
3. Riwayat Singkat :
Pendidikan Institut Pendidikan Guru (IPG) Tahun 1964. Sebelumnya
menjabat Kepala Bidang Pendidikan Masyarakat Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa
Tengah.
XII) 1.
Nama/Gelar : Drs. H. Nurachmad
2. Masa
Jabatan : 1991 – 2001
3. Riwayat singkat :
Lahir di Kendal, tanggal 3 Mei 1940, Pendidikan Fakultas Ekonomi UGM
tahun 1970. Sebelumnya menjabat Sekretaris Wilayah Daerah Kabupaten Dati II
Kendal.
XIII)
A. 1. Nama/Gelar : Drs. Ir. H. Djasri, MM, MT
2. Jabatan : Bupati Banjarnegara
3. Masa Jabatan :
2001 – 2006
4. Riwayat singkat :
Lahir di Demak tanggal 2 Desember 1955. Riwayat pendidikan : IKIP
Semarang (S1) tahun 1983, Teknik Sipil Unwiku Purwokerto (S1) tahun 1994,
Magister Manajemen SDM Universitas Jenderal Soedirman (Pasca Sarjana) tahun
1999, Magister Teknik Universitas Diponegoro (Pasca Sarjana) tahun 2005.
Sebelumnya pernah menjabat Kepala Dinas PU Kab. Banjarnegara dan Kepala Dinas
Perhubungan dan Pariwisata Kab. Purbalingga.
B. 1.
Nama/Gelar : Drs. H. Hadi Supeno, M.Si.
2. Jabatan
: Wakil Bupati Banjarnegara
3. Masa Jabatan :
2001 – 2006
4. Riwayat singkat :
Lahir di Banjarnegara tanggal 14 Aplil 1959. Pendidikan IKIP Yogyakarta
(S1) tahun 1984, Magister Administrasi Publik UGM (Pasca Sarjana) tahun 2001. Sebelumnya
menjabat Kasubdin Sekolah Lanjutan dan Menengah pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Magelang.
XIV)
A. 1. Nama/Gelar : Drs. Ir. H. Djasri, MM, MT
2. Jabatan : Bupati Banjarnegara
3. Masa Jabatan :
2006 – 20011
4. Riwayat singkat :
Lahir di Demak tanggal 2 Desember 1955. Riwayat pendidikan : IKIP
Semarang (S1) tahun 1983, Teknik Sipil Unwiku Purwokerto (S1) tahun 1994,
Magister Manajemen SDM Universitas Jenderal Soedirman (Pasca Sarjana) tahun
1999, Magister Teknik Universitas Diponegoro (Pasca Sarjana) tahun 2005.
Sebelumnya pernah menjabat Kepala Dinas PU Kab. Banjarnegara dan Kepala Dinas
Perhubungan dan Pariwisata Kab. Purbalingga dan Bupati banjarnegara masa
jabatan 2001-2006.
B. 1.
Nama/Gelar :
Drs. Soehardjo, MM
2. Jabatan : Wakil Bupati Banjarnegara
3. Masa Jabatan :
2006 – 2011
4. Riwayat singkat :
Lahir di Banjarnegara tanggal 17 September 1956. Pendidikan APDN
Semarang tahun 1981, Magister Managemen AUB (Pasca Sarjana) tahun 2006.
Sebelumnya menjabat Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Banjarnegara.
sumber: http://banyumasnews.com/11735/sekilas-babad-dan-sejarah-hari-jadi-kabupaten-banjarnegara/
Description: SEJARAH BANJARNEGARA
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: SEJARAH BANJARNEGARA
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: SEJARAH BANJARNEGARA
Tidak ada komentar: